AKSI NYATA MENYEBARKAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR

Asaalamualikum Wr. Wb.

Salam dan bahagia pembaca. Bapak ibu guru hebat semuanya, Kemdikbudristek pada tahun 2022 ini akan mengganti Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka. Lantas seperti apa muatan-muatan yang ada pada Kurikulum Merdeka? Sebagai langkah awal memahami apa itu kurikulum merdeka, mari terlebih dahulu memahami tentang Merdeka Belajar. 

Nadiem Makarim menyatakan bahwa kurikulum Merdeka Belajar adalah sebuah pengembangan dan penerapan dari kurikulum darurat yang diluncurkan dalam merespons pandemi Covid-19. Menurut Ki Hajar Dewantara, manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin serta tidak bergantung pada orang lain.

Terdapat beberapa hal penting yang menjadi dasar pada merdeka belajar, didalam merdeka belajar ada 5 modul yaitu:

  1. Mengenali dan Memahami Diri Sebagai Pendidik; 
  2. Mendidik dan Mengajar; 
  3. Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh; 
  4. Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti; 
  5. Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan.

    Mengenali dan Memahami Diri Sebagai Pendidik Sebagai Pendidik tentu sudah seharusnya mampu mengenali karakteristik dan kebutuhan murid. Akan tetapi hal yang paling mendasar juga harus dimulai dari diri sendiri yaitu mengenali kekuatan dan kelemahan diri. Pendidik mempunyai peran penting dalam proses belajar mengajar. Dalam buku Landasan Pendidikan dikatakan bahwa: “pendidik adalah semua anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar, serta dapat membantu perkembangan kepribadian seseorang dan mengarahkan- nya pada tujuan pendidikan” (Rubiyanto, 2003: 39). Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen disebutkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevalusi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. Pendidik sebagai ujung tombak pendidikan. Agaknya, tidaklah berlebihan mengatakan pendidik sebagai ujung tombak pendidikan, sebab pendidik sebagai bagian penting dalam sebuah pembelajaran. Jika tidak ada pendidik, tentu pendidikan tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya. Walaupun hari ini perkembangan teknologi berkembang dengan pesat, sehingga siswa bisa memanfaatkan gawainya untuk belajar dan mendapatkan berbagai sumber belajar lainnya dalam genggaman. Saat memutuskan menjadi seorang pendidik, hal apa yang mendorong kita berangkat ke sekolah dengan penuh semangat? Tentu setiap pendidik mempunyai alasan yang berbeda, akan tetapi akan bermuara pada hal yang sama, yaitu ingin menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan begitu seorang pendidik harus mampu mengenali apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahannya serta apa saja yang menjadi perannya.

    Mendidik dan Mengajar Banyak pendidik yang ternyata masih bingung terhadap kata pendidikan dan pengajaran. Pengajaran adalah suatu cara menyampaikan ilmu atau manfaat bagi hidup anak-anak secara lahir maupun batin. Sementara pendidikan adalah tempat menaburkan benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat. Seorang pendidik harus memahami bahwa mendidik adalah menuntun segala kodrat yang ada pada murid agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Sehingga pendidikan tidak hanya berbentuk pengajaran yang memberikan pengetahuan kepada murid, tetapi juga mendidik keterampilan berpikir mengembangkan kecerdasan batin dan pada akhirnya murid dapat melancarkan Hidup untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

    Mendampingi Murid Dengan Utuh dan Menyeluruh

    Tidak ada individu yang sama dan zaman selalu bergerak dinamis. Hampir setiap kita menyadari kedua hal tersebut. Menyadari keunikan setiap dan semua murid merupakan satu hal. Bagaimana penerapan kelas yang memfasilitasi setiap kodrat individu merupakan hal lainnya. Pendidikan seyogyanya bukan sesuatu yang rigid dan pakem. Penyesuaian sesuai konteks merupakan pendekatan yang perlu kita usahakan setiap waktunya sebagai pendidik. Di modul ini Ibu/ Bapak akan bersama-sama memahami bagaimana pendidikan yang selalu mengupayakan perubahan perbaikan dan merangkul bakat dan keunikan setiap individu. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara "Segala perubahan yang terjadi pada murid di hubungkan dengan kodrat keadaan baik alam dan zaman. Kodrat alam berkait dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana mereka berada.lalu bagaimana cara kita sebagai pendidik menghubungkan dasar pendidikan murid dgn kodrat alam dan zaman Kodrat alam berkaitan dengan lingkungan dimana mereka tinggal Saat ini guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar murid. Tapi guru dapat berperan sebagai penghubung murid dengan sumber belajar di sekitar murid. Selain peran guru sebagai penghubung, hal berikut juga dibutuhkan murid untuk membantu mereka menguatkan kekuatan-kekuatan kodratnya Pendidikan bergerak dinamis menyesuaikan keadaan yang terus bergerak begitu cepat. Pendidikan terus berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi zaman. Setiap sekolah memiliki kondisi dan permasalahan yang berbeda, sehingga sistem pendidikan antara satu sekolah dengan sekolah lain sangat beragam sesuai karakteristik lingkungannya. Seorang guru harus memfasilitasi proses belajar murid sesuai dengan keadaan lingkungan dan potensi yang dimiliki sehingga murid dapat melihat hubungan antara dirinya dengan lingkungan.

    Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti

    𝐊𝐨𝐧𝐬𝐞𝐩 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐚𝐣𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐮𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐊𝐢 𝐇𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 (𝐊𝐇𝐃) 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐦𝐚𝐣𝐮 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐞𝐫𝐝𝐞𝐤𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚. 𝐀𝐫𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚, 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐮𝐚𝐬-𝐥𝐮𝐚𝐬𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐮𝐭𝐮𝐡. 𝐉𝐢𝐰𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐫𝐚𝐠𝐚, 𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐭𝐢𝐧. 𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐨𝐧𝐬𝐞𝐩 𝐊𝐇𝐃 𝐡𝐚𝐥 𝐢𝐧𝐢 𝐝𝐢𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐛𝐮𝐝𝐢 𝐩𝐞𝐤𝐞𝐫𝐭𝐢. Pemikiran KHD sangat relevan dengan kondisi pendidikan saat ini. Pendidikan yang tidak sekadar mementingkan kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik. Tidak hanya mengejar deretan angka tetapi juga kedalaman budi.

    Pendidikan yang tidak berorientasi pada hasil melainkan proses pendidikan itu sendiri. Budi adalah ranah batin yang meliputi tri sakti yaitu pikiran, rasa, dan kemauan. Kita lebih sering mendengarnya sebagai cipta, rasa, dan karsa.

    Pekerti adalah ranah lahir yang mewujud tenaga. Dengan kata lain, budi pekerti merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kemauan (budi) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Budi pekerti atau watak manusia terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian biologis dan bagian intelligible. Bagian biologis merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan perasaaan dan jiwa manusia. Pada bagian ini bersifat menetap dan tidak dapat berubah. sedangkan intelligible merupakan kecakapan dan keterampilan pikiran manusia dalam menyerap pengetahuan. Pada bagian ini bersifat tidak menetap dan dapat berubah-ubah.

    Proses pendidikan menyebabkan budi pekerti murid tumbuh dan berkembang, sehingga mampu mengendalikan tabiat asli dan watak biologis yang tidak baik menjadi tersamar kemudian menebalkan wata baik murid yang akan mewujudkan kepribadian dan berbudi pekerti baik.

    Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan

    Pendidikan merupakan sistem yang kompleks, sekaligus sederhana. Pada modul/materi ini Ibu dan Bapak Guru sama-sama akan belajar bagaimana menerapkan prinsip dan praktik pembelajaran yang mandiri dan kontekstual berdasarkan pengalaman dan pengamatan di sekitar, serta bagaimana orang tua dan masyarakat bisa terlibat dalam prosesnya.

    𝐌𝐞𝐭𝐨𝐝𝐞 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐠𝐮𝐧𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐊𝐢 𝐇𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐠𝐮𝐫𝐮𝐚𝐧 𝐓𝐚𝐦𝐚𝐧 𝐒𝐢𝐬𝐰𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐝𝐢𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐬𝐢𝐬𝐭𝐞𝐦 𝐚𝐦𝐨𝐧𝐠. 𝐈𝐬𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠𝐤𝐮𝐦 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐚𝐬𝐚𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐦𝐚𝐬𝐲𝐡𝐮𝐫, 𝐲𝐚𝐢𝐭𝐮 𝐭𝐮𝐭 𝐰𝐮𝐫𝐢 𝐡𝐚𝐧𝐝𝐚𝐲𝐚𝐧𝐢, 𝐢𝐧 𝐦𝐚𝐝𝐲𝐚 𝐦𝐚𝐧𝐠𝐮𝐧 𝐤𝐚𝐫𝐬𝐚, 𝐢𝐧𝐠 𝐧𝐠𝐚𝐫𝐬𝐨 𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐭𝐮𝐥𝐚𝐝𝐡𝐚. 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐣𝐚𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐮𝐫𝐢𝐝 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚𝐚𝐧. Sesuai pesan Ki Hadjar Dewantara untuk menuntun murid sesuai jamannya, maka guru perlu menumbuhkan pola pikir pembelajar ataun growth mindset yang membuat murid Memiliki keyakinan untuk dapat terus berkembang Pendidikan memiliki fungsi mengantarkan murid-murid menjadi manusia yang merdeka, selamat dan bahagia. Seorang pendidik harus membantu mengantarkan murid untuk merdeka atas dirinya sendiri supaya mampu memelihara dan menjaga bangsa dan alamnya. Kemerdekaan murid dalam belajar merupakan kunci untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika untuk dirinya sendiri ia tidak bisa mencapai selamat dan bahagia, bagaimana mungkin ia akan memelihara dan menjaga dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa ataupun alamnya. Pada abad ke-21, Kompetensi literasi adalah kemampuan memecahkan masalah, kemampuan kognitif yang kompleks, dan kemampuan sosial emosional menjadi sangat penting bagi murid maupun guru. Guru diharapkan menjadi contoh bagaimana bisa mengembangkan kemampuan tersebut pada dirinya untuk meneruskannya dalam membantu murid untuk menguasainya. Salah satu kompetensi mendasar yang menunjang penguasaan kemampuan tersebut.

    Menurut Ki Hajar Dewantara, seorang guru semestinya mampu menjadi pamong,mendidik dengan welas asih sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan si anak. Sistem pendidikan yang terbaik adalah yang mampu menumbuhkan disiplin dan pemahaman mengenai kesejatian hidup dari dalam diri siswa sendiri. Hal tersebut tidak dapat dicapai melalui metode yang menekankan pada perintah, paksaan, dan hukuman seperti yang umum dipakai oleh pendidikan kolonial Belanda. Sistem among memberikan kesempatan seluas-luasnya pada kemandirian siswa. Peserta didik didorong untuk mengembangkan disiplin diri yang sejati, melalui pengalaman, pemahaman, dan upayanya sendiri. Yang terpenting adalah menjaga agar kesempatan ini tidak membahayakan si anak atau mengancam keselamatan orang lain.

    𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐢𝐬𝐭𝐞𝐦 𝐚𝐦𝐨𝐧𝐠, 𝐠𝐮𝐫𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐭𝐢𝐠𝐚 𝐟𝐮𝐧𝐠𝐬𝐢 𝐮𝐭𝐚𝐦𝐚. 𝐃𝐢 𝐝𝐞𝐩𝐚𝐧, 𝐢𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐛𝐚𝐠𝐢 𝐩𝐚𝐫𝐚 𝐦𝐮𝐫𝐢𝐝. 𝐃𝐢 𝐭𝐞𝐧𝐠𝐚𝐡, 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐨𝐫𝐨𝐧𝐠 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭. 𝐃𝐚𝐧, 𝐝𝐢 𝐛𝐞𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐦𝐚𝐭𝐢 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐣𝐮𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐫𝐚 𝐦𝐮𝐫𝐢𝐝. 𝐈𝐧𝐠 𝐧𝐠𝐚𝐫𝐬𝐨 𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐭𝐮𝐥𝐨𝐝𝐨 𝐢𝐭𝐮 𝐦𝐞𝐫𝐮𝐩𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐠𝐮𝐫𝐮 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐣𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐝𝐚𝐧, 𝐤𝐞𝐝𝐢𝐬𝐢𝐩𝐥𝐢𝐧𝐚𝐧, 𝐭𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐫𝐚𝐦𝐚, 𝐛𝐮𝐝𝐢 𝐩𝐞𝐤𝐞𝐫𝐭𝐢. “𝐒𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐠𝐮𝐫𝐮 𝐝𝐢𝐰𝐚𝐣𝐢𝐛𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞 𝐬𝐞𝐤𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐮𝐤𝐮𝐥 𝟎𝟕.𝟎𝟎 𝐖𝐈𝐁 𝐚𝐠𝐚𝐫 𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡. 𝐉𝐢𝐤𝐚 𝐚𝐝𝐚 𝐠𝐮𝐫𝐮 𝐦𝐚𝐮𝐩𝐮𝐧 𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠, 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐭𝐞𝐠𝐮𝐫 𝐩𝐢𝐡𝐚𝐤 𝐬𝐞𝐤𝐨𝐥𝐚𝐡,” 𝐮𝐣𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚. 𝐈𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐝𝐲𝐨 𝐦𝐚𝐧𝐠𝐮𝐧 𝐤𝐚𝐫𝐬𝐨 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐫𝐭𝐢 𝐠𝐮𝐫𝐮 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐦𝐨𝐭𝐢𝐯𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐨𝐫𝐨𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐮𝐧 𝐣𝐢𝐰𝐚 𝐩𝐚𝐫𝐚 𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐚𝐢 𝐭𝐢𝐠𝐚 𝐮𝐧𝐬𝐮𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 (𝐭𝐫𝐢𝐩𝐮𝐬𝐚𝐭) 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐭𝐞𝐫𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧 𝐊𝐢 𝐇𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚. 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚, 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐠𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚. 𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚, 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐠𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐬𝐞𝐤𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐞𝐫𝐝𝐚𝐬𝐚𝐧, 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐫𝐚𝐦𝐩𝐢𝐥𝐚𝐧, 𝐛𝐮𝐝𝐢 𝐩𝐞𝐤𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐩𝐚𝐫𝐚 𝐦𝐮𝐫𝐢𝐝. 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚, 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐠𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐦𝐚𝐬𝐲𝐚𝐫𝐚𝐤𝐚𝐭. “Anak dididik dalam keluarga sejak dalam kandungan, kemudian lahir dan berkembang sesuai pendidikan yang diterapkan dalam keluarga,” ucapnya. Ki Hajar Dewantara juga menekankan agar para guru mendorong murid-muridnya agar mengikuti jalur yang benar dengan cara mengilhami dan memotivasi mereka dengan pikiran yang tepat.

    Sebagai umpan balik penulis dalam kegiatan aksi nyata “menyebarkan Pemahaman Tentang Merdeka Belajar”, mohon sahabat mengisi formulir DISINI

Komentar

Postingan Populer